Rabu, 12 Februari 2014

Sarapan Sehat Wujudkan Generasi Sehat dan Cerdas

Sarapan sehat itu penting ! Penegasan ini harus diterapkan oleh seluruh para orangtua di Republik Indonesia ini. Bagaimana tidak, untuk mewujudkan generasi sehat dan cerdas, seseorang anak tidak hanya sekadar diberikan pendidikan, namun dari segi asupan gizi juga harus lebih diperhatikan. Salah satu caranya yakni dengan memberikan sarapan yang sehat.

Meski sarapan sehat itu sangat penting, namun belum seluruh masyarakat khususnya anak usia sekolah melaksanakannya dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 yakni 16,9 hingga 50 persen anak usia sekolah dan remaja, serta rata-rata 31,2 persen orang dewasa di Indonesia tidak biasa sarapan. Dari data itu, sebanyak 26,1 persen anak sekolah sekadar mengonsumsi minuman saat sarapan, seperti air putih, susu, atau teh. Dan sebanyak 44,6 persen mengonsumsi sarapan berkualitas rendah (http://nationalgeographic.co.id)

Belum diketahui secara pasti apa yang melatarbelakangi kondisi seperti ini. Namun, menurut perkiraan penulis, hal ini terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat atau dikarenakan faktor ekonomi yang menyebabkan lemahnya daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan asupan gizi.

Menurut Ahli Gizi RSUP H Adam Malik, Sairi M. Saragih, DCN, Mkes, sarapan sehat itu tidak perlu mahal, asal sudah mencukupi nilai gizi seseorang, hal itu sudahlah cukup. “Sarapan pagi penting untuk dilakukan. Jika tidak, hal ini akan berdampak kepada anak, anak menjadi tidak bergairah karena tidak ada kalori yang masuk ke dalam tubuh sehingga membuat anak menjadi mengantuk dan tentunya anak menjadi loyo. Akibatnya, seorang anak ketinggalan pelajaran di sekolah,” ungkap nutrisionis itu kepada www.goresan-ilmoe.blogspot.com.

Sarapan Sehat Pengaruhi Prestasi Belajar Anak

Hal ini pun sejalan dengan pernyataan Ronald E. Kleinman, M.D. salah seorang dokter spesialis gastroenterologi anak serta pakar nutrisi yang mengajar di Harvard University, Amerika. Seperti yang dikutip di http://www.parenting.co.id, sarapan bagi anak ternyata mempengaruhi prestasi belajar anak di sekolah. “Secara rata-rata, anak yang tidak pernah sarapan memiliki daya pikir dan kemampuan mengingat yang lebih rendah dibandingkan mereka yang makan setiap pagi,” ujar dr. Kleinman.

Ilustrasi (www.primagamaplus.com)
Sejumlah studi membuktikan pernyataan tersebut. Di Inggris, pernah dilakukan serangkaian penelitian terhadap 600 orang murid mengenai pengaruh kebiasaan sarapan dan performa anak di sekolah. Hasilnya, dibandingkan rekannya yang terbiasa menyantap sarapan, anak-anak yang tidak pernah makan pagi ternyata lebih sulit berkonsentrasi, lambat menanggapi, dan memiliki perhatian amat rendah terhadap pelajaran. Gerak-gerik mereka juga lebih lamban dan cenderung lekas tersinggung.

Itu sebabnya, di Amerika diadakan program Makan Pagi di Sekolah (School Breakfast Program) bagi anak-anak sekolah dasar yang datang dari keluarga berpenghasilan rendah. Sejak program tersebut dimulai pada tahun 1996, menurut Dr. Keith Ayoob, asisten profesor di bidang pendidikan dari Albert Enstein College of Medicine, New York, terlihat peningkatan kualitas para siswa dari sisi akademis. “Perut kosong memang bukan kondisi ideal untuk proses belajar,” kata Dr. Ayoob.

Rutinitas sarapan berperan pula menghindari risiko obesitas pada anak-anak. Menurut dr. Sri Nasar, anak yang tidak sarapan cenderung merasa kelaparan sepanjang hari, lalu makan dalam porsi besar pada jadwal makan siang dan malam. “Juga, mereka cenderung lebih banyak mengemil makanan yang tidak sehat, seperti permen, cokelat, dan gorengan, untuk mengatasi rasa lapar. Jika nafsu makan tidak terkendali, risiko obesitas amat mungkin terjadi,” ujarnya.

Bagaimana dengan Indonesia? Kiranya pemerintah Indonesia perlu mengadopsi program makan pagi di sekolah sebagaimana yang telah dilakukan di Negara Adi Daya (Amerika) itu. Dengan harapan, program tersebut dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Sairi Saragih pun sangat setuju dan meyakini, sarapan sehat dapat mewujudkan generasi sehat dan cerdas. “Pasti. Karena itu merupakan pola hidup, termasuk pola makan. Bagaimana bisa mewujudkan generasi sehat dan cerdas jika sarapan tidak dilakukan atau hanya sekadar sarapan tanpa memenuhi nilai gizi yang semestinya,” tuturnya.

Kalau tidak bisa membeli daging, katanya, masyarakat menengah ke bawah bisa menggantinya dengan makanan lainnya seperti tahu dan tempe. “Masyarakat harus diberikan pengetahuan tentang hal ini. Jadi kalau misalnya dia dari kalangan menengah ke bawah, tahu dan tempe bisa dikonsumsi untuk mengganti daging,” jelasnya.

Sedangkan pemerintah, sambungnya, juga harus peka terhadap rakyatnya dengan memikirkan bagaimana meningkatkan daya beli masyarakat. “Apakah membuat lapangan pekerjaan, atau program lain yang kiranya dapat mensejahterakan masyarakat, saya kira pemerintah sudah paham betul dengan hal itu. Namun yang penting bagi saya, bagaimana masyarakat kita diberikan pengetahuan tentang pentingnya sarapan dan memenuhi nilai gizi di dalamnya. Kalau daya belinya tergolong rendah, bagaimana? Kalau dia miskin, apa yang harus dilakukannya. Tentunya hal ini yang harus diberikan solusi dan pemahaman tersebut,” ungkapnya.

Terobosan dan gerakan dari pemerintah untuk menggalakkan sarapan sehat, kiranya sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan guna menciptakan generasi sehat dan cerdas. “Kita hanya bisa mengimbau agar setiap orangtua memberikan sarapan sehat kepada anaknya. Kalau berbicara sarapan, tentunya masakan itu harus praktis. Kalau orangtuanya pekerja seperti buruh atau tukang cuci, tentunya hal ini sulit. Kalau orang kaya, bisa saja dia punya pembantu dan sarapan pun bisa dibuatkan sama pembantunya. Tapi yang jelas, tidak perlu mahal, asal sudah mencukupi kalori dan asupan gizi lainnya, hal ini sudah baik,” ujarnya kembali.

Masakan praktis itu bisa dengan membuat nasi goreng, telur ceplok, sayur-sayuran. “Kalau tidak sempat, bisa membeli sarapan di sekolah seperti lontong. Kemudian, pedagang kantin di sekolah, juga harus memperhatikan dagangannya dengan menyediakan jajanan sehat dan murah yang dapat dijangkau anak-anak,” tandasnya.

Nah, bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda memberikan sarapan sehat bagi buah hati? Jika belum, kini saatnya Anda bertindak dan memberikan sarapan sehat bagi anak-anak Anda. Sebab, sarapan sehat itu penting dan yang tak kalah pentingnya, sarapan sehat itu bisa mewujudkan generasi sehat dan cerdas. Semoga…

0 komentar:

Posting Komentar