Sarapan sehat itu penting ! Penegasan ini harus
diterapkan oleh seluruh para orangtua di Republik Indonesia ini. Bagaimana
tidak, untuk mewujudkan generasi sehat dan cerdas, seseorang anak tidak hanya sekadar
diberikan pendidikan, namun dari segi asupan gizi juga harus lebih
diperhatikan. Salah satu caranya yakni dengan memberikan sarapan yang sehat.
Meski sarapan sehat itu sangat penting, namun belum
seluruh masyarakat khususnya anak usia sekolah melaksanakannya dengan baik. Hal
ini dibuktikan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 yakni 16,9
hingga 50 persen anak usia sekolah dan remaja, serta rata-rata 31,2 persen
orang dewasa di Indonesia tidak biasa sarapan. Dari data itu, sebanyak 26,1
persen anak sekolah sekadar mengonsumsi minuman saat sarapan, seperti air
putih, susu, atau teh. Dan sebanyak 44,6 persen mengonsumsi sarapan berkualitas
rendah (http://nationalgeographic.co.id)
Belum diketahui secara pasti apa yang melatarbelakangi
kondisi seperti ini. Namun, menurut perkiraan penulis, hal ini terjadi
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat atau dikarenakan faktor ekonomi
yang menyebabkan lemahnya daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan asupan
gizi.
Menurut Ahli Gizi RSUP H Adam Malik, Sairi M. Saragih,
DCN, Mkes, sarapan sehat itu tidak perlu mahal, asal sudah mencukupi nilai gizi
seseorang, hal itu sudahlah cukup. “Sarapan pagi penting untuk dilakukan. Jika
tidak, hal ini akan berdampak kepada anak, anak menjadi tidak bergairah karena
tidak ada kalori yang masuk ke dalam tubuh sehingga membuat anak menjadi
mengantuk dan tentunya anak menjadi loyo. Akibatnya, seorang anak ketinggalan
pelajaran di sekolah,” ungkap nutrisionis itu kepada www.goresan-ilmoe.blogspot.com.
Sarapan
Sehat Pengaruhi Prestasi Belajar Anak
Hal ini pun sejalan dengan pernyataan Ronald E. Kleinman,
M.D. salah seorang dokter spesialis gastroenterologi anak serta pakar nutrisi
yang mengajar di Harvard University, Amerika. Seperti yang dikutip di http://www.parenting.co.id, sarapan
bagi anak ternyata mempengaruhi prestasi belajar anak di sekolah. “Secara
rata-rata, anak yang tidak pernah sarapan memiliki daya pikir dan kemampuan mengingat
yang lebih rendah dibandingkan mereka yang makan setiap pagi,” ujar dr.
Kleinman.
Ilustrasi (www.primagamaplus.com) |
Sejumlah studi membuktikan pernyataan tersebut. Di
Inggris, pernah dilakukan serangkaian penelitian terhadap 600 orang murid
mengenai pengaruh kebiasaan sarapan dan performa anak di sekolah. Hasilnya,
dibandingkan rekannya yang terbiasa menyantap sarapan, anak-anak yang tidak
pernah makan pagi ternyata lebih sulit berkonsentrasi, lambat menanggapi, dan
memiliki perhatian amat rendah terhadap pelajaran. Gerak-gerik mereka juga
lebih lamban dan cenderung lekas tersinggung.
Itu sebabnya, di Amerika diadakan program Makan Pagi di
Sekolah (School Breakfast Program) bagi anak-anak sekolah dasar yang datang
dari keluarga berpenghasilan rendah. Sejak program tersebut dimulai pada tahun
1996, menurut Dr. Keith Ayoob, asisten profesor di bidang pendidikan dari
Albert Enstein College of Medicine, New York, terlihat peningkatan kualitas
para siswa dari sisi akademis. “Perut kosong memang bukan kondisi ideal untuk
proses belajar,” kata Dr. Ayoob.
Rutinitas sarapan berperan pula menghindari risiko
obesitas pada anak-anak. Menurut dr. Sri Nasar, anak yang tidak sarapan
cenderung merasa kelaparan sepanjang hari, lalu makan dalam porsi besar pada
jadwal makan siang dan malam. “Juga, mereka cenderung lebih banyak mengemil
makanan yang tidak sehat, seperti permen, cokelat, dan gorengan, untuk
mengatasi rasa lapar. Jika nafsu makan tidak terkendali, risiko obesitas amat
mungkin terjadi,” ujarnya.
Bagaimana dengan Indonesia? Kiranya pemerintah Indonesia perlu mengadopsi program makan pagi di sekolah sebagaimana yang telah dilakukan di Negara Adi Daya (Amerika) itu. Dengan harapan, program tersebut dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Sairi Saragih pun sangat setuju dan meyakini, sarapan sehat dapat mewujudkan generasi sehat dan cerdas. “Pasti. Karena itu merupakan pola hidup, termasuk pola makan. Bagaimana bisa mewujudkan generasi sehat dan cerdas jika sarapan tidak dilakukan atau hanya sekadar sarapan tanpa memenuhi nilai gizi yang semestinya,” tuturnya.
Kalau tidak bisa membeli daging, katanya, masyarakat menengah ke bawah bisa menggantinya dengan makanan lainnya seperti tahu dan tempe. “Masyarakat harus diberikan pengetahuan tentang hal ini. Jadi kalau misalnya dia dari kalangan menengah ke bawah, tahu dan tempe bisa dikonsumsi untuk mengganti daging,” jelasnya.
Sedangkan pemerintah, sambungnya, juga harus peka terhadap rakyatnya dengan memikirkan bagaimana meningkatkan daya beli masyarakat. “Apakah membuat lapangan pekerjaan, atau program lain yang kiranya dapat mensejahterakan masyarakat, saya kira pemerintah sudah paham betul dengan hal itu. Namun yang penting bagi saya, bagaimana masyarakat kita diberikan pengetahuan tentang pentingnya sarapan dan memenuhi nilai gizi di dalamnya. Kalau daya belinya tergolong rendah, bagaimana? Kalau dia miskin, apa yang harus dilakukannya. Tentunya hal ini yang harus diberikan solusi dan pemahaman tersebut,” ungkapnya.
Terobosan dan gerakan dari pemerintah untuk menggalakkan
sarapan sehat, kiranya sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan guna
menciptakan generasi sehat dan cerdas. “Kita hanya bisa mengimbau agar setiap
orangtua memberikan sarapan sehat kepada anaknya. Kalau berbicara sarapan,
tentunya masakan itu harus praktis. Kalau orangtuanya pekerja seperti buruh
atau tukang cuci, tentunya hal ini sulit. Kalau orang kaya, bisa saja dia punya
pembantu dan sarapan pun bisa dibuatkan sama pembantunya. Tapi yang jelas,
tidak perlu mahal, asal sudah mencukupi kalori dan asupan gizi lainnya, hal ini
sudah baik,” ujarnya kembali.
Masakan praktis itu bisa dengan membuat nasi goreng, telur
ceplok, sayur-sayuran. “Kalau tidak sempat, bisa membeli sarapan di sekolah
seperti lontong. Kemudian, pedagang kantin di sekolah, juga harus memperhatikan
dagangannya dengan menyediakan jajanan sehat dan murah yang dapat dijangkau
anak-anak,” tandasnya.
Nah, bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda memberikan
sarapan sehat bagi buah hati? Jika belum, kini saatnya Anda bertindak dan
memberikan sarapan sehat bagi anak-anak Anda. Sebab, sarapan sehat itu penting dan
yang tak kalah pentingnya, sarapan sehat itu bisa mewujudkan generasi sehat dan
cerdas. Semoga…
0 komentar:
Posting Komentar